Melihat Sunrise di Bukit Cinta Pananjakan Bromo, Sebuah Hadiah Untuk Diri Sendiri

By Fery Arifian - 3/07/2018

Bukit Cinta Pananjakan Bromo

Semua orang pasti pengen ke Bromo, nggak peduli itu wisatawan lokal ataupun wisatawan mancanegara. Bromo selalu ramai ketika peak season dan bahkan nggak pernah sepi walaupun hari-hari biasa.

Saya yang orang Malang asli bisa dibilang nggak bakal bosen kalau diajak ke Bromo lagi. Bromo selalu punya daya tarik yang bikin kita pengen kesana dan kesana lagi. Bulan Februari tanggal 16 kemarin, saya dan  5 orang teman sepakat untuk berangkat ke Bromo. Saat itu memang bertepatan dengan libur Imlek dan disusul libur panjang. Dan bertepatan juga dengan ulang tahun saya yang ke 22. Keliatan deh tuanya haha.


Kami berenam berangkat ke Bromo lewat jalur Lawang - Nongkojajar. Jalur ini bisa dikatakan jalur umum buat ke Bromo. Sebenarnya ada jalur Tumpang, tetapi karena saat itu saya dan rombongan berangkat jam 12 malam, jalur Nongkojajar lebih "aman" untuk dilewati.

Perjalanan dari Malang hingga akhirnya sampai di Pintu Masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memakan waktu sekitar 3 jam. Dan hari itu antriannya ruameee banget. Saya sampai sumpek sendiri saking banyaknya kendaraan yang antri dan berhenti di gerbang masuk. Dan sekitar pukul 3 pagi, saya dan rombongan sampai di beberapa kilometer menuju Pananjakan Bromo.

Tapi musibah terjadi. Kampas rem salah satu motor teman terbakar dan terpaksa harus berhenti di tengah jalan menuju Pananjakan. Dan sialnya lagi, jalan menuju Pananjakan hari itu MACET. Iya, macet. Bayangin aja, macet di Gunung. Saya dan rombongan yang pake motor saat itu susah buat lanjut ke Pananjakan karena terlalu banyak Jeep dan Hardtop yang parkir sampai 3 km ke bawah Pananjakan. Dan parahnya lagi, sampai parkir di tengah jalan menuju Pananjakan.
Sunrise Bukit Cinta Pananjakan Bromo
Matahari sudah setinggi itu saya baru nyampe ke atas bukit
Yaa saya tidak bisa menyalahkan keadaan, karena saat itu memang sedang peak season dan long holiday. Akhirnya saya dan teman-teman sepakat untuk turun ke bawah dan meilhat sunrise dari Bukit Cinta saja.
Bukit Cinta Pananjakan Bromo
Para pria tangguh walaupun dikecewakan macet yang akibatnya gagak ke Pananjakan
Bukit Cinta Pananjakan Bromo
Kayak lagi autumn season ala-ala Korea gitu

Sunrise di Bukit Cinta nggak kalah cantik dengan Sunrise di Pananjakan, tapi karena emang Pananjakan jadi 'sudut' paling bagus buat ngambil gambar yaa saya harus rela hanya sampai di sini saja. Tapi sunrise di sini nggak mengecewakan kok.

Suhu pagi itu sekitar 14 derajat Celcius, dan bisa dibayangin dong dinginnya kayak gimana. Padahal kalo di luar negeri, suhu segitu katanya belum ada apa-apanya. Dan malahan salah satu temen yang udah 8 kali ke Bromo pernah liat bule cuman pake kaos singlet dan celana pendek doang. Literally, kaos singlet yang keteknya keumbar sama celana pendek doang. Mmm, okay.
Bukit Cinta Pananjakan Bromo
Ganteng, kalo dari belakang
Bukit Cinta Pananjakan Bromo
Cuman kurang ganteng aja kalo foto dari depan:(
Bukit Cinta hari itu juga penuh banget sama orang. Dan sayangnya saya tidak sempat dapet foto lautan awan. Tapi beruntungnya adalah hari itu matahari benar-benar terlihat sempurna. Perlahan matahari naik dan menyinari Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Semeru. Tapi saat itu Semeru lebih sering ketutup awan & kabut. Jadinya saya hanya bisa mengabadikan beberapa momen saja.
Bukit Cinta Pananjakan Bromo
Bukit Cinta saat itu ruame banget
Bromo memang benar-benar indah, dan 'layak' masuk ke daftar destinasi favorit internasional. Dan melihat sunrise dari Bukit Cinta Pananjakan Bromo, jadi kado terindah untuk diri saya sendiri di usia 22 tahun ini. Kalo saya ibaratkan, Bromo itu kayak mantan  yang sekarang makin cantik, selalu bikin kangen dan pengen balik ke sana terus huehe. #abaikan


Bukit Cinta

  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

Comments